Posted in

Roblox Mau Diblokir, Developer Kalsel: Mending Pemerintah Tangani Judol

Roblox Mau Diblokir, Developer Kalsel: Mending Pemerintah Tangani Judol

Banjarmasin – Polemik soal wacana Roblox Mau Diblokir tengah menjadi sorotan publik. Belakangan, isu ini mencuat setelah sejumlah pihak menilai Roblox berpotensi menampilkan konten tidak layak bagi anak-anak, termasuk game buatan komunitas yang dianggap mengandung unsur kekerasan dan simulasi aktivitas ilegal.

Namun, di tengah riuhnya diskusi itu, seorang developer game asal Kalimantan Selatan, Rizky Ananda (27), menilai pemerintah sebaiknya tidak buru-buru mengambil langkah pemblokiran. Menurutnya, persoalan yang lebih mendesak dan nyata bagi masyarakat adalah maraknya praktik judi online (judol) yang kian sulit dikendalikan.

“Kalau tujuannya melindungi anak-anak, saya setuju. Tapi Roblox ini kan sekaligus jadi ruang belajar coding dan kreativitas. Sementara di luar sana, judol justru tiap hari merusak ekonomi keluarga. Jadi, mending pemerintah lebih serius tangani judi online daripada sekadar memblokir platform hiburan,” kata Rizky saat diwawancara, Senin (25/8/2025).

Roblox dan Kontroversinya

Roblox merupakan platform permainan online berbasis komunitas yang memungkinkan penggunanya membuat, membagikan, dan memainkan game karya orang lain. Popularitasnya meroket di Indonesia sejak 2019, terutama di kalangan anak-anak dan remaja.

Di sisi lain, kebebasan dalam menciptakan game di Roblox sering menjadi kontroversi. Beberapa pihak menilai tidak semua konten layak untuk dimainkan oleh anak di bawah umur. Pemerintah sempat menyatakan akan meninjau kembali keberadaan Roblox di Indonesia.

Namun, bagi developer seperti Rizky, pemblokiran justru berpotensi mematikan semangat generasi muda untuk berkreasi di bidang teknologi.

“Banyak anak sekarang belajar scripting dari Roblox Studio. Mereka belajar logika, desain, bahkan manajemen komunitas. Kalau akses ditutup, kesempatan itu hilang. Padahal kita butuh generasi melek teknologi,” ujarnya.

Judol: Ancaman Nyata yang Tak Kunjung Usai

Rizky menilai, berbeda dengan Roblox yang masih menimbulkan perdebatan soal manfaat dan risikonya, judi online merupakan ancaman nyata.

Ia menceritakan banyak kasus di lingkungannya sendiri, di mana teman dan tetangga terlilit utang akibat kecanduan judol. Ada pula yang rela menjual barang rumah tangga demi top-up saldo untuk bermain.

“Ini nyata terjadi di sekitar saya. Bahkan ada anak muda di kampung saya sampai minjam ke pinjol demi main slot online. Akhirnya hidupnya hancur. Itu yang lebih bahaya,” jelas Rizky.

Menurut data Kementerian Kominfo, sejak 2023 hingga pertengahan 2025, pemerintah telah memblokir lebih dari 2,5 juta situs dan aplikasi terkait judi online. Namun, pemblokiran tersebut dinilai belum efektif karena operator judol selalu menemukan celah untuk kembali beroperasi.

Kekhawatiran Para Orang Tua

Meski menolak wacana pemblokiran Roblox, Rizky mengakui adanya keresahan di kalangan orang tua terkait dampak permainan tersebut. Sejumlah orang tua di Banjarmasin mengaku khawatir anak-anak mereka mengakses game yang tidak sesuai usia.

Siti Rahma (34), ibu dari dua anak, mengatakan ia sempat kaget ketika anaknya memainkan game bertema simulasi perampokan di Roblox.

“Saya tidak larang anak main, tapi sempat kaget juga. Masa anak SD main jadi perampok? Untung saya dampingi, jadi bisa jelaskan,” kata Rahma.

Namun, Rahma juga tidak setuju jika Roblox diblokir total. Menurutnya, lebih baik pemerintah memberikan panduan kepada orang tua tentang cara mengatur Parental Control di aplikasi tersebut.

Regulasi Lebih Bijak Diperlukan

Pakar IT dari Universitas Lambung Mangkurat, Dr. Hendra Kusuma, menilai bahwa wacana pemblokiran total terhadap aplikasi populer seperti Roblox kurang tepat.

Menurutnya, yang diperlukan adalah regulasi berbasis edukasi serta pengawasan bersama antara pemerintah, platform, dan orang tua.

“Pemblokiran total hanya menimbulkan kontroversi. Solusi yang lebih baik adalah memperkuat literasi digital, memberi kewajiban platform untuk melakukan kurasi konten lebih ketat, dan melibatkan orang tua dalam pendampingan anak,” terang Hendra.

Hendra juga mengingatkan bahwa kasus judi online seharusnya lebih menjadi prioritas pemerintah. “Roblox masih bisa diarahkan untuk edukasi. Judol jelas tidak ada sisi positifnya,” tambahnya.

Roblox vs Judol: Mana yang Lebih Mendesak?

Jika dibandingkan, Roblox adalah platform hiburan dan kreativitas yang punya sisi positif sekaligus negatif. Berbeda dengan game online lain, judol benar-benar merusak dan berdampak buruk pada kehidupan sosial dan ekonomi.

  • Roblox bisa dimanfaatkan sebagai sarana belajar coding, desain, dan kemampuan kerja sama tim. Risiko: akses ke konten tidak sesuai usia.
  • Judol: Tidak ada nilai edukasi, justru menjerat banyak orang ke lingkaran utang dan kriminalitas.

Bagi Rizky, perbandingan ini jelas menunjukkan pemerintah sebaiknya mengalokasikan energi lebih besar ke penanganan judol.

Mixparlay

Harapan dari Kalsel untuk Pemerintah

Di akhir wawancara, Rizky menyampaikan harapannya agar pemerintah tidak tergesa-gesa dalam mengambil kebijakan soal pemblokiran platform. Ia meminta ada dialog dengan komunitas developer dan kreator sebelum keputusan dibuat.

“Kami di Kalsel punya komunitas developer kecil. Banyak anak SMA dan mahasiswa belajar coding lewat Roblox. Kalau ditutup, semangat mereka bisa padam. Kami berharap pemerintah mendengarkan suara kami juga,” katanya.

Rizky menegaskan kembali bahwa edukasi digital dan pengawasan jauh lebih efektif daripada pemblokiran. Sementara untuk kasus judol, ia meminta tindakan lebih tegas, termasuk menindak jaringan besar yang ada di baliknya.

Penutup

Polemik Roblox mau diblokir memperlihatkan dilema antara melindungi anak-anak dari konten digital dan memberi ruang kreatif untuk generasi muda.

Di sisi lain, keberadaan judi online masih menjadi ancaman yang nyata dan merusak. Suara dari Kalimantan Selatan seperti Rizky memberi perspektif penting: alih-alih menutup pintu kreativitas, pemerintah sebaiknya fokus pada masalah yang benar-benar menghancurkan masyarakat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *